Aku pernah menjadi pemujamu sebelum semesta menciptakan pertemuan antara kita dengan sengaja di bulan februari tanggal sekian-sekian. Entah apa alasannya, tapi terima kasih untuk itu, semesta. Karena rupanya perjalanan panjang hingga februari tahun kesekian kita ada tak hanya sekadar bulan-bulan penuh cerita tapi juga penuh cinta. Rasa senang dan tenang yang lahir adalah rasa dimana masanya akan berlangsung begitu lama, lama sekali. Kita sama-sama meyakini itu, bukan? Bukan perpisahan jalan satu-satunya jika kecewa bertamu dalam rumah yang telah kita huni sejak berapa ratus purnama berlalu, karena nyatanya, kita punya banyak sekali pilihan menuju jalan tengah yang kurasa tidak semua pasangan menyimpannya rapi dalam ruang kamarnya. Terkadang mereka hanya menyimpan suka namun lupa pada duka bahkan luka yang selalu ikut bersamanya kemanapun ia berkelana. Itu artinya, jika tawa hadir tanpa diminta, maka kecewa juga bisa lahir tanpa diharap. Lalu pada akhirnya, tentang februari tahun kesek
Panjang hari untuk bisa melewati detik ini. Kaupun tahu, aku sampai harus jatuh tersungkur hingga babak belur agar bisa berdiri tegak seperti apa yang kau lihat dihadapanmu kini. Tapi nyatanya kita sudah sejauh ini. Jauh sekali. Kita sama-sama tahu bahwa berhenti bukan jalan satu-satunya yang harus kita ambil, mari meramu jalan tengah berdua. Berhenti hanya akan membuat kita sekarat tak berkesudahan. Aku menuliskan satu judul ini untuk mengatakan apa yang tidak bisa kukatakan ketika semesta membawa kita pada segala pertemuan dimana kau dan aku tahu betapa waktu tidak melulu ingin kita duduk manis berdua. Aku perempuan aneh katamu, kenapa begitu? Sini duduk dulu sebentar, biar kujelaskan, ya. Perempuan yang kini bersamamu itu adalah perempuan yang awalnya memilih untuk mencintaimu dalam diamnya, namun karena semesta maunya aku bicara, maka kau bisa mendengar suaraku melalui tulisan ini juga dengan kedua mata yang seringkali kau tatap dengan penuh harapan. Aku aneh, memang, mulai dari k