Langsung ke konten utama

Sebab setelah tidak denganmu

Aku mau ke pantai lagi bersamamu, boleh ya? Menikmati suara hantaman ombak yang kemudian memaksa kita untuk selesai disana. Aku mau menikmati langit jingga sekali lagi berdua denganmu, menunggunya hingga tenggelam sama seperti kita. Apa masih boleh? Aku mau menghabiskan hari-hariku kembali bersamamu jika tidak terpaksa, ya.

Sebab setelah tidak denganmu, aku menjadi manusia yang kehilangan arah. Semesta tidak lagi bersedia menuntunku pulang. Yang tersisa hanya sebaris pertanyaan "apakah aku sudah kehilangan rumahku atau memang yang sebelumnya kutempati bukan rumah?". Tolong beri aku jawaban bila kamu memilikinya.

Saat itu, kita pulang dengan membawa luka di dada masing-masing. Suara sesak terdengar begitu bising padahal sebenarnya bisu. Entah salah siapa kita bisa sampai ke tempat ini, sampai pada perpisahan yang menjadi akhir dari kisah dua manusia saling jatuh cinta di waktu yang tidak pernah mereka pinta sebelumnya.

"Apa benar hari itu adalah hari terakhir kita saling jatuh cinta, tuan?"

Sepulang dari sana, aku menangis. Memang benar, ya, sebaik-baik perpisahan akan tetap terasa menyakitkan bila semua masih didasari oleh rasa cinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bunda pernah bilang padaku

  Bunda pernah bilang padaku, "Nak, dalam hubungan itu tidak ada kalah dan menang, tetapi mengalah lalu tenang. Kita akan selalu diuji dengan apapun yang ada diluar sana, dan yang harus dilakukan oleh sepasang seperti kalian adalah cukup jalani sama-sama, ya". Setiap kali aku merasa kalah lalu ingin menyerah, kalimat Bundaku yang selalu mengingatkan. Terkadang aku ragu, tapi yang kupahami setelah bersama adalah setiap kita memiliki egonya sendiri, dan itu hal yang wajar. Salah satunya menuntut untuk diberi waktu, mungkin? atau bahkan meminta untuk dimengerti karena merasa tidak dimengerti. Selama bersama lalu memperdebatkan hal yang sudah sewajarnya jadi perdebatan, aku belajar banyak perihal bagaimana cara menyayangi, bagaimana caranya berkasih sayang sekalipun masih dalam perdebatan. Aku tahu menurunkan ego tidak pernah mudah, kamu pun tahu itu. Kita bahkan sering sekali bertengkar hebat dengan ego sendiri demi menyelamatkan aku dan kamu dalam kita. Tapi untuk umur yang pan...

Tentang februari tahun kesekian.

Aku pernah menjadi pemujamu sebelum semesta menciptakan pertemuan antara kita dengan sengaja di bulan februari tanggal sekian-sekian. Entah apa alasannya, tapi terima kasih untuk itu, semesta. Karena rupanya perjalanan panjang hingga februari tahun kesekian kita ada tak hanya sekadar bulan-bulan penuh cerita tapi juga penuh cinta. Rasa senang dan tenang yang lahir adalah rasa dimana masanya akan berlangsung begitu lama, lama sekali. Kita sama-sama meyakini itu, bukan?  Bukan perpisahan jalan satu-satunya jika kecewa bertamu dalam rumah yang telah kita huni sejak berapa ratus purnama berlalu, karena nyatanya, kita punya banyak sekali pilihan menuju jalan tengah yang kurasa tidak semua pasangan menyimpannya rapi dalam ruang kamarnya. Terkadang mereka hanya menyimpan suka namun lupa pada duka bahkan luka yang selalu ikut bersamanya kemanapun ia berkelana. Itu artinya, jika tawa hadir tanpa diminta, maka kecewa juga bisa lahir tanpa diharap. Lalu pada akhirnya, tentang februari tahun k...

Surat di tahun pertama kita ada

Surat ini kutulis beberapa hari sebelum usiamu bertambah satu tahun. Aku tahu kamu tidak suka membaca, tapi jika suatu hari kamu punya waktu untuk berkunjung dan menyapa aku pada halaman ini, maka ketahuilah tujuanku menulis surat ini hanya untukmu.      Selamat ulang tahun, mas. Berbahagilah selalu, dengan dirimu sendiri, keluargamu, teman-temanmu, juga aku selaku kekasihmu. Usiamu sudah terbilang cukup untuk menjadi seorang yang dewasa, maka besar harapku mendewasalah sepenuhnya. Maaf ya, aku sempat membuatmu kecewa dengan tulisan terakhirku kemarin. Aku harap kamu tidak pernah berhenti mendukungku untuk selalu menulis meski beberapa tulisan masih membuatmu merasa aku terjebak dan tidak bisa lepas dari masa laluku. Tidak, mas. Pada bagian ini kupastikan kamu salah. Aku menulis bukan untuk membuatmu kecewa, kukira tulisanku kemarin akan membuatmu semakin mencintaiku tapi rupanya aku keliru. Aku merasakan kecewamu, mas, tapi aku berharap kamu juga merasakan betapa aku sel...