Langsung ke konten utama

Puan, mengapa menangis sesenggukan semalaman?

Perempuan yang kau usahakan sekali bahagianya itu mengapa menangis sesenggukan semalaman? Tidak mengakuinya pada seisi semesta bahwa kau telah berdua adalah usahamu membahagiakan yang terhitung sia-sia. Pada akhirnya kau menyakitinya dengan sengaja, lalu setelah tahu diri, ia akan kemana sementara kau yang telah ia sebut sebagai rumah tempat pulangnya tidak mengakui bahwa kau adalah penghuninya. 

Berani-beraninya kau ajak ia berkelana hingga membuatnya merasa tidak pantas untuk pulang lagi padamu. Mungkin saja selama ini kau menyamar sebagai rumah padahal hanya tempat singgah yang membutakan matanya, ia mengira kau rumah padahal bukan sama sekali. Lantas ia harus mengadu kemana lagi ketika yang mengusahakan bahagianya tidak lagi mengusahakan hal yang sama?

Menangis semalaman adalah jalannya untuk menenangkan hatinya yang terluka, menampung air matanya adalah pelukan kasih sayang dari dirinya untuk dirinya sendiri.

Apa yang kau usahakan tidak lagi membuatnya senang dan tenang. Kini perjalanan pulang ia tempuh dengan mata yang buta, telinga yang tuli, jadi tidak perlu lagi kau tuntun ia kemanapun, tidak perlu lagi kau sebut namanya lalu mengajaknya pulang bersama. Tidak, sebab kini ia tengah mengusahakan bahagianya sendiri, membangun rumahnya sendiri tanpa siapapun jadi tumpuannya untuk dibahagiakan seperti caramu waktu dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat di tahun pertama kita ada

Surat ini kutulis beberapa hari sebelum usiamu bertambah satu tahun. Aku tahu kamu tidak suka membaca, tapi jika suatu hari kamu punya waktu untuk berkunjung dan menyapa aku pada halaman ini, maka ketahuilah tujuanku menulis surat ini hanya untukmu.      Selamat ulang tahun, mas. Berbahagilah selalu, dengan dirimu sendiri, keluargamu, teman-temanmu, juga aku selaku kekasihmu. Usiamu sudah terbilang cukup untuk menjadi seorang yang dewasa, maka besar harapku mendewasalah sepenuhnya. Maaf ya, aku sempat membuatmu kecewa dengan tulisan terakhirku kemarin. Aku harap kamu tidak pernah berhenti mendukungku untuk selalu menulis meski beberapa tulisan masih membuatmu merasa aku terjebak dan tidak bisa lepas dari masa laluku. Tidak, mas. Pada bagian ini kupastikan kamu salah. Aku menulis bukan untuk membuatmu kecewa, kukira tulisanku kemarin akan membuatmu semakin mencintaiku tapi rupanya aku keliru. Aku merasakan kecewamu, mas, tapi aku berharap kamu juga merasakan betapa aku selalu menjadikan

Mau pulang kemana?

Salam kenal untukmu yang telah berkunjung ke rumah perempuan kecil. Ikutlah bersamaku menikmati rasa jatuh dan cinta.  Apa kabar? Aku yakin kabarmu pasti baik sekali. Terima kasih karena sudah memilih halaman ini, aku tahu waktumu terlalu berharga hanya untuk membaca tulisan sederhana dariku jadi sekali lagi terima kasih, ya. Kuharap setelah ini kamu akan berkunjung lagi kesini, mengajak temanmu, kekasihmu, ataupun masa lalumu. Beritahukan pada mereka, ada rumah yang perlu dihuni disini, ada aku yang ingin sekali memelukmu dengan erat atas segala hal yang membuatmu penat hingga butuh rehat.  Seperti ajakanku sebelumnya, mari menikmati rasa jatuh dan cinta bersama. Iya, ketika kita sudah memutuskan untuk mencinta, itu artinya jarak kita dengan terjatuh sudah tidak ada sesentipun. Kita bisa merasakan jatuh dan cinta di waktu yang sama. Kamu percaya itu? Aku selalu. Aku telah menemukan orangnya, asal kamu tahu. Dia menyempatkan waktunya hanya untuk menemani dan menungguku selesai menulis.

Bunda pernah bilang padaku

  Bunda pernah bilang padaku, "Nak, dalam hubungan itu tidak ada kalah dan menang, tetapi mengalah lalu tenang. Kita akan selalu diuji dengan apapun yang ada diluar sana, dan yang harus dilakukan oleh sepasang seperti kalian adalah cukup jalani sama-sama, ya". Setiap kali aku merasa kalah lalu ingin menyerah, kalimat Bundaku yang selalu mengingatkan. Terkadang aku ragu, tapi yang kupahami setelah bersama adalah setiap kita memiliki egonya sendiri, dan itu hal yang wajar. Salah satunya menuntut untuk diberi waktu, mungkin? atau bahkan meminta untuk dimengerti karena merasa tidak dimengerti. Selama bersama lalu memperdebatkan hal yang sudah sewajarnya jadi perdebatan, aku belajar banyak perihal bagaimana cara menyayangi, bagaimana caranya berkasih sayang sekalipun masih dalam perdebatan. Aku tahu menurunkan ego tidak pernah mudah, kamu pun tahu itu. Kita bahkan sering sekali bertengkar hebat dengan ego sendiri demi menyelamatkan aku dan kamu dalam kita. Tapi untuk umur yang pan