Langsung ke konten utama

Semoga selamat sampai tujuan.

Panjang hari untuk bisa melewati detik ini. Kaupun tahu, aku sampai harus jatuh tersungkur hingga babak belur agar bisa berdiri tegak seperti apa yang kau lihat dihadapanmu kini. Tapi nyatanya kita sudah sejauh ini. Jauh sekali. Kita sama-sama tahu bahwa berhenti bukan jalan satu-satunya yang harus kita ambil, mari meramu jalan tengah berdua. Berhenti hanya akan membuat kita sekarat tak berkesudahan.

Aku menuliskan satu judul ini untuk mengatakan apa yang tidak bisa kukatakan ketika semesta membawa kita pada segala pertemuan dimana kau dan aku tahu betapa waktu tidak melulu ingin kita duduk manis berdua. Aku perempuan aneh katamu, kenapa begitu? Sini duduk dulu sebentar, biar kujelaskan, ya. Perempuan yang kini bersamamu itu adalah perempuan yang awalnya memilih untuk mencintaimu dalam diamnya, namun karena semesta maunya aku bicara, maka kau bisa mendengar suaraku melalui tulisan ini juga dengan kedua mata yang seringkali kau tatap dengan penuh harapan. Aku aneh, memang, mulai dari karena tiap kali kita habis berbelanja, struk belanjaan itu kusimpan dengan rapih dalam sebuah kotak yang isinya tidak jauh dan tidak lain adalah semua tentang kita, dari tiket nonton, tiket wisata, sampai struk belanjaan kita di supermarket seperti yang sudah kubilang, tadi. Lalu jika kau tanya itu untuk apa? Jelas itu untuk mengabadikanmu. Aku suka menuliskan puisi dibalik struk itu, asal kau tahu. Jika tidak berbentuk puisi, setidaknya ia akan kutuliskan dengan kalimat aku menyayangimu, selalu. Terdengar aneh, ya? ya aneh juga aku bisa terjatuh pada manusia rumit seperti kau, jatuhku pada kedua bola matamu yang tidak pernah berhenti mengucap betapa kau menyayangiku. Aku berterima kasih untuk itu. Anehnya lagi, aku suka memotretmu diam-diam, kalau ketahuan juga tak apa, pasti tetap kulanjutkan untuk mengabadikanmu. Bukan, bukan kau dan aku dalam gambar itu, tapi hanya kau. Aku senang kalau sehabis pulang dari melepas penat, aku bisa memandangi gambar itu dengan banyak harapan yang kupanjatkan pada Tuhan. Kau tahu, kebiasaanku tidak hanya mengungkapkan padamu betapa aku menyayangi, tapi kebiasaanku yang lainnya bahkan yang ini sepertinya lebih sering kulakukan, ya sudah pasti mendoakanmu, aku meminta Tuhan untuk tetap menjaga ragamu juga hatimu, aku tahu ini terdengar begitu sederhana namun aku percaya betapa doa bisa bekerja dengan sangat amat hebatnya. 


Kubiarkan kota ini menjadi saksi bisu atas perjalanan kita, semoga selamat sampai tujuan, berdua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang februari tahun kesekian.

Aku pernah menjadi pemujamu sebelum semesta menciptakan pertemuan antara kita dengan sengaja di bulan februari tanggal sekian-sekian. Entah apa alasannya, tapi terima kasih untuk itu, semesta. Karena rupanya perjalanan panjang hingga februari tahun kesekian kita ada tak hanya sekadar bulan-bulan penuh cerita tapi juga penuh cinta. Rasa senang dan tenang yang lahir adalah rasa dimana masanya akan berlangsung begitu lama, lama sekali. Kita sama-sama meyakini itu, bukan?  Bukan perpisahan jalan satu-satunya jika kecewa bertamu dalam rumah yang telah kita huni sejak berapa ratus purnama berlalu, karena nyatanya, kita punya banyak sekali pilihan menuju jalan tengah yang kurasa tidak semua pasangan menyimpannya rapi dalam ruang kamarnya. Terkadang mereka hanya menyimpan suka namun lupa pada duka bahkan luka yang selalu ikut bersamanya kemanapun ia berkelana. Itu artinya, jika tawa hadir tanpa diminta, maka kecewa juga bisa lahir tanpa diharap. Lalu pada akhirnya, tentang februari tahun k...

Bunda pernah bilang padaku

  Bunda pernah bilang padaku, "Nak, dalam hubungan itu tidak ada kalah dan menang, tetapi mengalah lalu tenang. Kita akan selalu diuji dengan apapun yang ada diluar sana, dan yang harus dilakukan oleh sepasang seperti kalian adalah cukup jalani sama-sama, ya". Setiap kali aku merasa kalah lalu ingin menyerah, kalimat Bundaku yang selalu mengingatkan. Terkadang aku ragu, tapi yang kupahami setelah bersama adalah setiap kita memiliki egonya sendiri, dan itu hal yang wajar. Salah satunya menuntut untuk diberi waktu, mungkin? atau bahkan meminta untuk dimengerti karena merasa tidak dimengerti. Selama bersama lalu memperdebatkan hal yang sudah sewajarnya jadi perdebatan, aku belajar banyak perihal bagaimana cara menyayangi, bagaimana caranya berkasih sayang sekalipun masih dalam perdebatan. Aku tahu menurunkan ego tidak pernah mudah, kamu pun tahu itu. Kita bahkan sering sekali bertengkar hebat dengan ego sendiri demi menyelamatkan aku dan kamu dalam kita. Tapi untuk umur yang pan...

Sebab setelah tidak denganmu

Aku mau ke pantai lagi bersamamu, boleh ya? Menikmati suara hantaman ombak yang kemudian memaksa kita untuk selesai disana. Aku mau menikmati langit jingga sekali lagi berdua denganmu, menunggunya hingga tenggelam sama seperti kita. Apa masih boleh? Aku mau menghabiskan hari-hariku kembali bersamamu jika tidak terpaksa, ya. Sebab setelah tidak denganmu, aku menjadi manusia yang kehilangan arah. Semesta tidak lagi bersedia menuntunku pulang. Yang tersisa hanya sebaris pertanyaan "apakah aku sudah kehilangan rumahku atau memang yang sebelumnya kutempati bukan rumah?". Tolong beri aku jawaban bila kamu memilikinya. Saat itu, kita pulang dengan membawa luka di dada masing-masing. Suara sesak terdengar begitu bising padahal sebenarnya bisu. Entah salah siapa kita bisa sampai ke tempat ini, sampai pada perpisahan yang menjadi akhir dari kisah dua manusia saling jatuh cinta di waktu yang tidak pernah mereka pinta sebelumnya. "Apa benar hari itu adalah hari terakhir kita s...